Sunday, April 14, 2019

DIY Glitter Trinket Dish (+ Tip dan Trik)


Kalau biasanya saya punya ide DIY, praktik, lalu memakainya, kali ini beda. Saya buat ini karena saya butuh. Tidak ada tempat untuk menyimpan barang-barang kecil seperti koin, peniti, sampai kunci motor di rumah kami sehingga letaknya bisa di mana saja (terutama koin). Buat jarum untuk kerudung juga tidak ada wadahnya, jadi bisa begitu saja tergeletak dan tentu saja akan membahayakan. Jika ditaruh di tempat tertutup, malah jadi tidak praktis.

Maka, daripada beli, saya memilih untuk bikin sendiri saja. Sudah banyak yang membuat tutorialnya, baik di blog-blog DIY maupun video YouTube dengan berbagai cara dan teknik. Ini adalah cara versi saya, yang bekerja di saya dengan hasil seperti yang bisa dilihat di foto, dan sudah melalui kegagalan-kegagalan. Tadinya saya mau menulis ini seperti laporan, semacam Craft With Me versi blog (?) tapi takutnya malah melebar ke mana-mana. Akhirnya saya susun seperti DIY tutorial biasanya, bedanya dengan penjelasan yang lebih mendalam disertai tip-trik yang diharapkan bisa menghindarkan kamu dari buang-buang waktu (kalau nanti mau coba membuatnya juga).

Keunggulan dari tutorial trinket dish ini adalah: 1) saya selalu payah dalam bermain/membuat sesuatu dengan lilin malam atau clay, tapi dish ini bisa berhasil juga, jadi cukup ramah dengan pemula 2) Hiasan glitternya mampu menyembunyikan ketidaksempurnaan seperti retak ringan atau bentuk yang kurang simetris, lagi-lagi cocok buat pemula 3) Intinya bisa dilakukan siapa pun termasuk yang kurang pengalaman dengan mengolah clay. Dan memang, setelah saya membuatnya, trinket dish ini berguna sekali! Selain itu glitter is always on season, isn't it? Pokoknya terjamin Niffler-catcher. Hehe. Saya puas dan suka dengan hasilnya, dan semoga tutorial ini juga bisa membantu kamu yang butuh penyimpanan praktis + room decor baru.


Alat dan Bahan:

Air dry clay warna putih
Mangkuk ukuran sedang
Botol atau gelas tak bertangkai/bergagang dengan permukaan mulus
Kuas dan cat air (opsional)

Catatan: trinket dish ini tidak food-grade, bukan digunakan untuk menyimpan/menaruh makanan.

Cara Membuat:

1. Ambil clay seukuran seperti di gambar atau lebih, lalu bentuk menjadi bulatan.


2. Pipihkan bulatan clay di atas meja/lantai/permukaan datar dan rata lainnya, kemudian giling hingga mencapai lebar dan ketebalan yang diinginkan.

TIP & TRIK: Berhubung saya tidak punya rolling pin khusus craft, saya menggantinya dengan botol kaca bekas madu. Jika punya, hasilnya pasti akan lebih mulus, tapi jika tetap ingin membuat ini tanpa harus 'berkomitmen' dengan hobi clay (baca: membeli rolling pin), kamu bisa menggantinya dengan botol atau gelas kaca berpermukaan rata dan tanpa gagang. Saya memakai teknik ini ketimbang me-knead manual saja karena jika hanya diuleni dan dipipihkan dengan jari, peluang robek dan grinjal-grinjelnya lebih besar.

Saya ingin membuat trinket dish yang ringan dan lebih tipis dari tutorial yang ada, kira-kira seperti foto di bawah. Jadi saya giling hingga setebal itu saja. Kamu bisa membuatnya jadi lebih tebal atau lebih tipis dari itu, asal tidak retak.

Nah, soal retak, dari beberapa percobaan saya menemukan bahwa kondisi terbaik clay untuk dibentuk adalah sesaat setelah dikeluarkan dari kemasan. Dan usahakan mengambilnya tidak dipotong-potong, jadi sekalian banyak saja ketimbang nantinya harus menambal. Karena itulah salah satu faktor clay retak setelah kering, padahal sudah 'ditempel'. Beberapa tutorial yang saya baca menyarankan (bahkan menggampangkan) untuk memberi air pada clay yang mulai kering. Namun kenyataannya semakin dia diberi air semakin 'larut' dan berkurang clay-nya, sehingga kita harus mengambil clay baru untuk menambalnya. Dan ini jelas memakan banyak waktu. Jadi, tipnya adalah 1) Langsung ambil clay dari kemasan dan ikuti instruksi tutorial ini 2) Usahakan jangan ditambah jika tidak cukup, jadi ambil saja yang banyak sekalian.

Ketebalan clay yang saya buat untuk trinket dish ini--tidak terlalu tebal, tapi juga tidak sangat tipis. Inilah enaknya membuat sendiri, bisa disesuaikan :D

3. Tempelkan clay yang sudah digiling ke bagian bawah luar mangkuk, lalu rapikan sisi-sisinya hingga dirasa simetris menggunakan cutter, x-acto knife, atau bagian tajam apa pun (misalnya ujung kikiran atau gantungan di gunting kuku seperti yang saya gunakan).

TIP & TRIK: Beberapa tutorial yang saya temukan menginstruksikan menaruh clay di dalam bawah atau dasar mangkuk. Saya pribadi lebih suka memakai bagian luarnya, karena selain lebih mudah diambil, bagian dalam yang biasanya dipakai untuk makanan juga lebih terhindar dari sisa clay (meski memang tetap harus dicuci semuanya). Dan saya merekomendasikan untuk menjadikan bagian bawah luar mangkuk sebagai cetakannya.

Ada tutorial yang mencetak bentuk lingkaran dulu di clay-nya menggunakan bibir mangkuk yang sama atau cetakan lingkaran lain sebelum ditempelkan ke mangkuk. Hasilnya memang akan lebih rapi. Saya tidak melakukannya karena tidak punya cetakan lingkaran yang pas (menurut selera saya), tapi kalau kamu punya, kamu bisa pakai cara ini.

4. Setelah semua bagian clay menempel pada mangkuk, diamkan hingga mengeras, ditandai dengan berubahnya warna clay dari abu-abu ke putih matte.

TIP & TRIK: Lamanya clay didiamkan ternyata bervariasi, meski sebagian besar menyarankan semalaman. Untuk daerah tempat tinggal saya, Purwokerto, yang saat itu sedang musim hujan, tidak sampai semalaman juga sudah bisa dilepas dari mangkuknya. Kira-kira selama 10 jam dari siang. Namun setelah itu clay tetap harus didiamkan karena bagian dalamnya masih basah. Lalu, berhubung trinket dish saya cenderung tipis, melepasnya di saat bagian luarnya saja yang kering adalah cara terbaik mempertahankan bentuk clay dan mencegah retak. Ada satu percobaan saya yang gagal karena saya melepasnya di saat semua bagian clay sudah kering. Jadi, jika kamu juga ingin membuat setipis ini, tolong catat bagian ini baik-baik, ya!

Tebal-tipisnya clay juga jadi faktor yang memengaruhi lamanya clay kering. Semakin tebal akan semakin lama, tapi juga semakin mudah dikeluarkan/terhindar dari retak, jika menguleninya bagus.

5. Setelah clay mengeras, ambil dari cetakannya dan siap dihias.

TIP & TRIK: Jika masih ditemukan retak-retak kecil di permukaan clay, coba basahi jari-jarimu dengan air, lalu gosok lembut ke bagian yang retak hingga terlihat tidak begitu terpisah. Cara ini bekerja untuk retak kecil yang tempatnya di tengah-tengah trinket dish, bukan di pinggirnya.

6. Beri lem putih pada permukaan clay yang akan ditempeli glitter, kemudian ratakan ke seluruh permukaannya.

TIP & TRIK: Saya memakai kuas cat air standar untuk meratakan lem dan glitter-nya agar lebih rapi, lebih hemat glitter, dan lebih tidak berantakan ketimbang jika menuang glitter langsung dari tabungnya (lihat cara menempelkan glitter di langkah selanjutnya di bawah).

Lalu, saya merekomendasikan lem putih merek Greebel ini terutama untuk glitter karena hasilnya benar-benar bisa membuat glitter menempel rata. Sudah begitu, lem ini juga punya masa penyesuaian yang memudahkan kita meratakan glitter-nya sebelum benar-benar nge-set. Dan, sekalinya nge-set, glitter benar-benar diam di tempat! Sepertinya saya akan memakai lem ini untuk DIY project yang lain. Sayangnya, lem ini tidak bersahabat dengan foto.


7. Tuang glitter sesuai keinginan, lalu ratakan hingga seluruh bagian dalam trinket dish penuh tertutupi. Saya mencampur dua warna glitter di sini agar tidak membosankan dan tampak lebih berdimensi. Diamkan hingga lem kering dan glitter telah menempel sepenuhnya.


Opsional: Setelah bagian glitter kering dan menempel, kamu bisa cat bagian luar trinket dish dengan warna pilihanmu.


Buat lagi beberapa kali sesuai kebutuhan. Saya suka menjadikannya semacam series dengan kombinasi glitter yang berbeda-beda. Daaan... trinket dish berkilau ini siap menyimpan perintilanmu. Atau bisa pula menjadi room decor baru yang sederhana, tapi memikat mata! :P



Saya sendiri senang dengan hasilnya, terutama jika mengingat lamanya percobaan dan kegagalan-kegagalan yang saya alami selama men-DIY-kan ini. Kini dua trinket dish sudah menghuni meja kopi di rumah kami dan digunakan untuk menaruh kunci serta koin-koin kembalian, sementara satu lagi ada di kamar saya sebagai tempat jarum dan bros kecil :D Semoga kamu juga suka dengan DIY kali ini dan mau mencoba membuatnya, apalagi jika kamu memang mahir membuat model dari lilin malam atau tanah liat.

Sampai bertemu lagi di project kreatif selanjutnya, selamat berswakriya :)

Friday, April 5, 2019

DIY Spesial: Gift Mail Lagi! Tema Hijau dan Musim


Setelah mengirimkan gift mail pertama (snail mail/happy mail versi saya hehe) yang ternyata membuat dua teman saya menangis di tempat kerja mereka (sorry not sorry :P), alhamdulillah bisa dapat kesempatan dan ide untuk menyusun kado kecil-kecilan lagi. Kali ini saya mengirimkan hadiah pernikahan (?) kepada teman saya yang baru saja melepas masa lajangnya Maret lalu! Kami kuliah di prodi yang sama, pernah kerja di tempat yang sama, dan juga ngekos bareng di tahun akhir kami bekerja di tempat itu. Saat saya harus pindah ke Banyuwangi karena menikah, dia memberi saya DIY memory jar yang bertema laut, dan itu cantik banget! Maka saya pikir, sekarang giliran sayalah yang memberikan pernak-pernik buatan sendiri padanya.

Dibanding gift mail sebelumnya, ukuran paket yang ini lebih kecil dan isinya lebih mirip penpal letter, karena ada surat dan stationery-nya. Memang saya akui supplies dan isinya tidak 'wah', memanfaatkan yang ada saja di rumah. Namun mudah-mudahan itulah yang bisa jadi inspirasi untuk membuat penpal letter atau snail mail yang terjangkau tapi masih terlihat wholesome :D

Mari kita lihat isinya satu per satu!

1. Ilustrasi Cat Air


Ide hadiah ini adalah yang muncul paling duluan. Sudah lama saya tidak membuat ilustrasi dan saya ingin belajar mewarnai manual lagi. Pasangan ini mengusung tema rustic greenery untuk pernikahannya (dan saya yang mendesain undangannya :D), jadi saya buat gambar teman saya dan suaminya ini dalam balutan outfit resepsi mereka yang dihias sesuai dengan gambar dedaunan dan font di undangannya. Biar lebih terkait alias kohesif saja.

Seperti yang bisa dilihat, saya tidak jago soal mewarnai pakai cat air... haha. Namun saya lumayan puas dengan hasilnya, lumayan sesuai dengan yang saya bayangkan. Semoga saja teman saya suka karena saya tahu dia akan menghargai kado handmade seperti ini.

Font nama pengantinnya saya tiru langsung dari font yang ada di undangan mereka. Ada yang bisa tebak saya pakai font apa? :P

 2. Stiker dan Sampel Washi Tape


Yang ini cukup standar untuk isi penpal letter, ya. Bahkan bisa dibilang cenderung boring, haha. Namun bukannya dua item ini yang sebetulnya paling ditunggu dalam snail mail? ;) Apalagi jika sahabat pena kita juga seorang journaller/bullet journaller. Pasti supplies seperti ini sangat terpakai, dan kita bisa saling bertukar koleksi stiker dan washi tape.

Nah, berhubung koleksi stationery saya masih sedikit, selain warna hijau, saya juga menyertai tema seasons atau musim karena cinta itu tak mengenal musim... hahaha xP Saya punya washi tape dengan nama-nama bulan dan musim yang pas untuk paket ini, juga stiker bertema botanical dan aesthetic furniture karena setelah menikah pasti hidup bersama, ya kan? Saya mengemas washi sample pada potongan kardus yang diambil dari bekas paket (reuse!) dan menaruh stiker dalam sebuah amplop mini (yang sama dengan isi hadiah selanjutnya).

Saya beli stationery supplies ini di Shopee

3. DIY Amplop Hati (Versi Mini dari Yang Ini)


These ones are so fun to make! Ide memberi amplop-amplop kecil ini saya dapatkan dari Jordan Clark (aka my aesthetic queen). Daaan kebetulan pula teman saya ini punya kebiasaan menyimpan uang dalam amplop-amplop mini untuk dipisahkan menurut kebutuhan pengeluarannya, sehingga bisa lebih berhemat dan ada yang dipakai untuk menabung, katanya. Dari semua item di paket ini, saya yakin yang satu ini bisa jadi sangat terpakai. Bentuknya yang dibuat dari heart shape juga sesuai dengan tema kado pernikahannya, kan? Tutorialnya sudah pernah saya buat (klik tautan di judul di atas), tinggal dibikin versi jauh lebih kecilnya saja.

Saya pakai washi paper dari Faber-Castell yang seri Season Patterns, bisa dibeli di sini. Saya pilih satu pattern tiap musim, ceritanya menggambarkan cinta yang tak lekang dimakan waktu (lagi? haha eaaa). Untuk itulah saya juga menyertakan lettering ala-ala yang diambil dari lirik lagu Boys Like Girls berjudul Be Your Everything: "Whatever weather, baby I'm yours." Saya langsung teringat line itu ketika menyusun tema 'musim' ini. Kemudian setelah semuanya dibuat, saya satukan menggunakan paper clip bertuliskan 'love' dalam huruf sambung yang juga DIY (beberapa waktu yang lalu sempat iseng bikin, dan yang berhasil hanya yang ini)

Taadaa! One cute little heart envelope!

 4. Surat


Bedanya gift mail pertama dengan yang ini adalah, saya menulis surat seperti surat sahabat pena pada umumnya alih-alih menuliskannya dalam bentuk zine, misalnya. Suratnya juga dihias. Tidak ada yang istimewa dari surat ini, sih. Sama basic-nya dengan washi sample dan stiker.

Namun ya, namanya juga mengirimkan kepada teman... tetap saja terasa gimana gitu kalau menulis surat alih-alih langsung chatting lewat Whatsapp. Ada saja yang bisa diungkapkan, plus melatih lagi tulisan tangan saya yang sudah lama tidak dipakai :P Apakah ini artinya saya sudah siap bersurat dengan sahabat pena yang sesungguhnya?

Iya, saya panggil dia 'Mamake' hahaha, jadi sapaannya 'Mak!'

 5. Matcha Siap Seduh + Cara Penyajian


Nah... ini dia yang sedikit 'spesial' dari paket ini. Biasanya kantung teh menjadi salah satu isi dari penpal letter, dan inilah yang memberi saya ide kado matcha ini. Saya ingin memberikan 'bahan mentah' minuman yang dikemas dengan cara penyajian semacam 'resep'. Does that make any sense? Haha. Tadinya saya terpikir coklat bubuk, lalu saya berikan resep hot cocoa dengan hiasan dan semacamnya. Lalu saya ingat, saya masih punya Zenlatte di dapur, dan warnanya hijau, jadi mengapa tidak matcha saja? Rasanya juga enak :D

Saya buka dua bungkus Zenlatte matcha lalu memindahkan isinya ke dalam plastik makanan. Saya tutup dengan staples, kemudian saya buat label resep-resepan yang nantinya ditempel di bagian depan plastik bubuk matcha itu menggunakan washi tape. Intinya, repackaging!

Dan Zenlatte sudah banyak ditemui di supermarket, jadi mudah jika mau membelinya

Sekarang, final packaging-nya. Saya gabungkan semua hadiah stationery di dalam plastik yang saya dapat dari undangan arisan RT (kertasnya diplastik karena ada kartu iurannya). Saya lalu menumpuk plastik isi stationery tadi dengan bungkus matcha powder, mengikatnya dengan pita hijau, dan menambahkan tag sebelum dimasukkan ke dalam amplop. Amplopnya lagi-lagi adalah amplop coklat dari kantor pos yang saya gunting dan balik, sehingga saya hanya mendapati bidang kosong yang bisa dihias-hias.


Begini kira-kira proses pengemasannya menjadi paket gift mail. Kalau kamu teliti dan ingat dengan bentuk tag-nya, tag itu memang saya ambil dari DIY CaraCepat di postingan kemarin. Terpakai juga kan, akhirnya ^^ Lalu saya tambahkan label 'kepada' menggunakan washi tape di tag itu. Pita hijaunya semakin menambah warna dari tema greenery ini, dan tag dari kardus mengaksentuasi bagian rustic-nya. Cukup sederhana dan tidak muluk-muluk, tapi saya puas dengan hasilnya. Oh, saya pun menghias bagian amplopnya dengan stiker, washi tape, stempel, dan doodle.


Selesai! Siap kirim!

Terima kasih sudah membaca DIY Spesial kali ini, ya! Semoga bisa menginspirasi dan dinikmati. Berbagi kebahagiaan itu banyak caranya, dan gift mail menjadi salah satunya. Plus, ternyata memberi itu cukup membuat ketagihan ya, haha. Semoga kamu juga suka dengan paket gift mail ini. Selamat berkarya dan sampai bertemu lagi di postingan selanjutnya.

Tuesday, March 19, 2019

DIY CaraCepat: Memanfaatkan Bekas Kado


Bulan Januari kemarin, alhamdulillah saya dan suami dikaruniai seorang putri. Bersyukurnya lagi, banyak saudara dan teman-teman yang ikut berbahagia dan memberi kado pernak-pernik bayi. Berhubung kami tinggal berjauhan, sebagian besar kado yang diterima dikirim dalam bentuk paket, sehingga cukup banyak kardus, kertas kado, dan plastik-plastik yang tersisa di rumah kami. Apalagi kondisinya masih pada bagus-bagus.

Beberapa kertas kado dan kardus yang utuh dan mulus sengaja saya simpan untuk digunakan kembali, entah untuk mengirimkan paket lagi atau keperluan lain. Tapi ada juga yang rasanya sayang untuk dibuang meski sudah lecek atau robek di sana-sini. Maka, tercetuslah ide untuk mengubah sampah sisa bungkus paket menjadi sesuatu yang baru, dan tiga DIY supermudah inilah hasilnya. Jika biasanya yang zero waste atau memanfaatkan sisa-sisa bahan itu untuk gift wrapping, sekarang terbalik. Sisa dari gift wrapping atau gift scraps itulah yang dijadikan DIY, mulai dari room decor sampai stationery! :D

DIY #1: MONOGRAM WALL ART


Dekorasi sederhana tapi personal ini dibuat dengan kertas kado bekas, kertas polos (bisa berwarna ataupun putih) dan gunting + lem kertas. Caranya cukup dengan membuat huruf balok--misalnya huruf depan nama kamu--di kertas kado, lalu tempel di kertas alasnya dan bingkai (atau bisa juga langsung ditempel di dinding). Agar lebih terlihat berdimensi, saya menambahkan embellishment berupa manik berbentuk bunga. Oh ya, kalau kurang pede menulis hurufnya dengan free hand, kamu bisa cari font huruf balok yang kamu sukai lalu jiplak atau print sebagai template-nya.

Hias juga bagian bingkainya agar lebih put together

Tidak hanya untuk dekorasi ruangan, DIY ini juga cocok sebagai hadiah last minute. Semua bahannya bisa didapat di craft stash kamu sendiri dan pastinya akan terasa lebih sentimental.

DIY #2: SHAKER POCKET BOOKMARK


Ide untuk DIY ini datang ketika saya baru selesai membongkar paket hadiah berisi baju. Saat sedang membereskan kertas kado dan kardusnya, saya melihat price tag yang sudah saya lepas ikut berserakan di situ. Ternyata bahannya cukup sturdy, durable, dan memiliki ukuran yang sempurna untuk dijadikan pembatas buku. Jujur saja, saya jarang menemukan label harga baju yang sebagus ini, karena biasanya hanya berupa kertas tipis. Rasanya sayang kan, kalau dibuang? Lebih baik dimanfaatkan jadi bahan kerajinan, hehe.

Di sini saya memang sedikit 'ekstra' karena pembatas buku ini sangat bisa dibuat hanya dengan membungkus price tag dengan kertas kado atau kertas bermotif lain. Saya terinspirasi shaker pockets yang berisi sequins, serta pouch transparan yang diisi glitter dan semacamnya. Sekalian menghabiskan perca tulle juga. Jadilah saya menutup price tag dengan kertas berwarna, lalu menempelkan kain tulle yang dilipat sehingga nantinya bisa diisi manik-manik. Jika sudah terisi, lem bagian atasnya agar maniknya tidak tumpah.

Oke, memang DIY yang ini tidak begitu 'CaraCepat', tapi saya pikir tidak perlu tutorial lengkap juga karena saya pun membuatnya tidak diukur dulu panjang-lebarnya berapa, yang penting cukup. Jumlah sequins-nya juga sesuai selera. Karena kenyataannya, membuatnya tidak lebih rumit dari kedengarannya, kok. Asal sabar dan hati-hati aja, sih :P


Dan saya suka sekali dengan DIY ini. Isi shaker-nya juga bisa diganti dried flower, terutama yang wangi seperti mawar dan lavendel. Jadi dobel kegunaannya, sebagai pewangi juga :D Barangkali saya akan membuatnya lagi dan memberikannya pada seseorang... hmmm...

Tidak ada kata terlalu banyak untuk mengoleksi pembatas buku :)

DIY #3: CARDBOARD TAGS


Tiap menerima paket yang menggunakan kardus, saya sering memanfaatkannya lagi baik itu untuk kirim paket juga atau sesederhana tempat penyimpanan. Kebetulan saya menerima paket kardus yang, mau tidak mau, bagian atasnya harus digunting sehingga sudah tidak bisa lagi dipakai sebagai wadah kiriman. Akhirnya saya gunting semua bagian tutupnya, lalu saya jadikan tags ini.

Tekstur bagian dalam kardus yang khas bergerigi inilah yang menjadikan tags ini berbeda. Saya ingat (atau mungkin kamu juga mengalami) pernah dapat tugas di kelas 4 SD untuk membuat bingkai dari kardus, dan saya memanfaatkan tekstur gelombang ini sebagai aksennya. Plusnya lagi dari membuat cardboard tags adalah desain dan warnanya yang netral sehingga bisa kita hias dengan apa pun.


Lalu, mengapa tags? Satu, gampang dibuatnya bahkan tanpa template sekalipun. Dua, serbaguna, bisa untuk gift tag betulan sampai aksesoris di bullet journal. Tiga, ukurannya yang kecil memudahkan kita untuk memanfaatkan sampah kardus sesedikit apa pun, tidak seperti bingkai foto yang besar. I had so much fun in doing this DIY :D

Bukan bujo, tapi ternyata bagus juga kalau ditempel di atas kertas notes begini, ya. Hehe

Untuk membuat lubangnya, saya hanya menusuknya dengan gunting lalu melebarkan bolongannya menggunakan pensil

Semoga DIY CaraCepat kali ini bisa memberikan ide untuk memanfaatkan sisa kado ataupun bekas-bekas yang didapat dari paket hadiah, atau memberikan alasan untuk crafting hehe. Sampai jumpa lagi di postingan berikutnya. Jika ada yang mau ditanyakan atau kamu ikut membuat DIY Gift Scraps ini, let me know! Kontak dan sosial media saya ada di sidebar, ya. Terima kasih lagiii ^^

Wednesday, February 13, 2019

Curhat dan Cerita-Cerita

Postingan kali ini berbeda dari biasanya. Saya nggak akan menulis tutorial, menyusun inspo dari blog-blog DIY lain, atau meneruskan DIY Wedding Series dulu. Saya cuma mau curhat dan cerita-cerita terutama seputar menjalani blog ini. Jadi sebelumnya maafkan kalau gaya bahasanya sedikit terpengaruh blog menulis saya yang kedengarannya agak berbeda dengan tulisan di sini, hehe. Tapi saya tetap satu orang yang sama, baik itu di Kembang Gula maupun tempat lain.

Bisa meneruskan dan menghidupkan tempat ini dengan postingan-postingan adalah salah satu anugrah buat saya. Sudah berapa banyak project yang dulu saya visualisasikan akan terlaksana, tapi nyatanya terbengkalai juga? Meski memang tidak serutin yang saya mau pada awalnya, tapi saya senang bisa berbagi hal yang membahagiakan saya, bahkan syukur-syukur berguna buat yang membacanya. Saya sangat terinspirasi blog-blog DIY dari tahun 2012-an (ketika DIY fashion sedang naik-naiknya) dalam menyusun, mendesain, dan merencanakan blog ini, karena saya pun ingin ada blog DIY modern yang berbahasa Indonesia dan menggunakan alat-bahan yang tersedia di sini. Kebetulan saat itu saya baru temukan sedikit, jadi saya buat saja sendiri.

(alasan lainnya mengapa saya ber-DIY juga bisa dilihat di tautan pada side bar 'Maklumat Sebentar'--yang gaya bahasanya, lagi-lagi, berbeda dengan sekarang haha)

Seiring waktu, semakin saya membaca dan mencoba hal baru lain, postingan-postingan di sini juga mengalami perubahan. Awalnya saya cuma posting foto-foto DIY saya yang kebayakan perhiasan seperti gelang dan kalung, sampai room decor dan sepatu (yang anehnya, dicuri. Apa itu artinya DIY saya terlihat seperti sepatu beli di toko? :P). Lalu pola postingan saya menjadi inspo - round up - DIY tutorial - info - round up lagi - DIY tutorial lagi. Gaya bahasanya pun masih 'formal' dan palsu (?) terlihat sekali saya sedang melakukan T dari ATM--Amati, Tiru, Modifikasi.

Setelah itu... saya berhenti cukup lama. Sampai akhirnya saya posting soal wedding karena pernikahan saya sebagian besarnya dipersiapkan sendiri (baca: dengan keluarga dan teman-teman) dan ada beberapa hal juga yang di-DIY, jadi saya rasa saya ingin membaginya di sini. Saya masih sedikit terpengaruh pola postingan yang lalu dengan mencantumkan 'janji' di bagian penutup, misalnya akan membuat bagian duanya, atau memberitahu DIY selanjutnya dengan cukup spesifik tapi sampai sekarang belum-belum ada juga, atau sok membocorkan series selanjutnya. Intinya, saya berusaha untuk membuat blog ini tampak teratur, tertata, sesuai konsep dan tema.

Kenyataannya, saya bukan orang yang segitu teraturnya. I'm an easily-bored and random type of person. Itulah mengapa saya senang ber-DIY, karena saya mudah bosan dan saya butuh pelarian kreatif yang membuat saya semangat lagi. Terutama sekarang ketika saya mulai menemukan kesenangan baru seperti menyusun dan mengirim snail mail seperti di postingan terakhir, yang menggeser fokus DIY saya dari fashion menjadi stationery. Saya juga berkenalan dengan makeup yang artinya bisa jadi sewaktu-waktu saya akan posting sesuatu tentang itu. Dan itu tidak direncanakan dulu. Memang, ide DIY selanjutnya suka saya catat (saya punya satu notebook untuk itu dan tiap postingan itu selesai, saya beri centang), tapi ketika ada ide lain yang tidak se-topik dengan postingan sebelumnya, saya tetap menuliskannya.

Jadi sepertinya mulai postingan terakhir--alias DIY di bawah ini--saya akan posting apa pun sesuai yang sedang saya inginkan. Ketika ada ide dan bahan untuk menyusun DIY Wedding Series lagi, saya posting. Ketika saya baru saja mengirimkan gift mail baru dan ada unsur DIY-nya yang bisa dibikin tutorial, I post it. Ketika, siapa tahu, saya menemukan cara cepat dalam hal makeup, ya saya akan tulis tentang itu meski sebelumnya berturut-turut sudah tentang jewelry. Saya juga tidak akan membatasi round up hanya untuk tutorial di luar blog ini, tapi bisa saja saya akan up kembali tutorial-tutorial yang lama di segmen itu. So many possibilities.

Begitulah. Saya akan lebih bebas, lebih loose, dan lebih informal di blog ini. Mungkin ini terdengar sama saja dengan 'janji' saya di bagian penutup tutorial ya, haha. Tapi nggak, ini lebih ke pengakuan dan ya, do expect randomness and not-so messiness in this blog. Saya tetap merencanakan postingan saya dan memasukkan tiap postingan ke dalam kategori-kategori agar tetap rapi. Saya juga tetap meneruskan series atau tema yang sudah ada. Tapi kamu akan lebih menemukan 'saya' di sana, yang menyukai DIY dan berusaha mendokumentasikannya lewat platform ini.

Terima kasih sudah membaca dan berkunjung ke sini, ya. Saya nggak akan ada habisnya berkata begitu, karena saya pun yakin tiap tulisan pasti ada pembacanya. Dan saya sangat berterima kasih pada kamu yang berjodoh dengan blog ini. Semoga saya bisa terus konsisten berkarya di sini walau waktu mempostingnya longkap-longkap, hehe :)