Wednesday, September 6, 2017

My DIY Wedding Part 1: Photo Gallery

all photos are private properties, captured by Posko Studio 86
Waktu kecil, saya pernah sempat tertarik dengan pernikahan a la Disney Princess. Gaun panjang, sparkle, ballroom mewah, pangeran. Setelah akhirnya melewati fase itu, saya jadi punya satu cita-cita jika kelak saya menikah: saya ingin pernikahan tanpa adat, hanya syariat.

Konsep yang kurang familier, tentu, apalagi jika memiliki keluarga besar seperti saya dan suami. Alhamdulillah, semuanya lancar, dan kini kami sudah memasuki bulan ke-4 (baru saja monthversary. Is there such a thing? Haha). Lantas, konsep apa yang pas dengan yang saya inginkan? Setelah riset kecil-kecilan, saya dan keluarga akhirnya yakin menggunakan DIY pada beberapa bagian, meski akhirnya tidak jadi bertema rustic atau vintage dan lebih menjurus ke whimsical. Tetapi, intinya sama, yaitu menggunakan barang buatan sendiri yang pastinya memberikan sentuhan berbeda dan lebih personal.

Di sini, saya semata ingin menunjukkan hasil karya DIY-nya sebagai bentuk apresiasi pada mereka yang telah membantu pelaksanaan pernikahan kami, yang membuat acara itu terasa sakral dan privat meski on-budget. Ada yang betul-betul sesuai dengan rencana awal, ada juga yang kejutan karena tiba-tiba datang di acara! Tentu saja aspek yang di-DIY-kan dalam wedding tidak mesti seperti ini, tergantung keperluan dan selera pengantinnya. Kebetulan, selera pengantinnya seperti ini, hehe. Semoga saja jika selera kita sama, postingan ini bisa membantu menginspirasi.

DIY #1 GUEST BOARD
Guest board dan wedding sign adalah DIY yang direncanakan dan dibuat sejak awal, bahkan bisa dibilang kali pertama, jadi prosesnya kurang lebih hampir setahun. Saya memang ingin tempat tanda tangan yang paperless dan bisa jadi kenang-kenangan nantinya. Saya pikir, bapak saya akan membuat yang lebih kecil dari ini, tidak tahunya cukup besar juga, ya. Ini adalah hasil karya bapak dan dua adik laki-laki saya, mulai dari pemilihan warna cat, font, hingga menghias bagian pinggirnya.

DIY #2 WEDDING SIGN
Ini juga hasil karya para lelaki di rumah. Saya suka sekali dengan hasilnya! Meski memang rencananya akan dihias lebih banyak bunga. Tetapi, melihat sign ini di depan gedung alih-alih janur cukup membuat saya merasa ini pernikahan saya dan suami, dan orang-orang terdekat kami bisa langsung tahu bahwa kami--setidaknya saya--menaruh kesukaan dan ciri khas di acara sendiri.

DIY #3 WEDDING DRESS
Bulik saya adalah tangan di balik gaun ini. Aslinya, gaun ini sangat sederhana, like, very simple. Hanya dress panjang berbahan satin dan chiffon yang dihias beberapa kristal. Tetapi, saya memang lebih suka gaun warna putih ketimbang yang berwarna-warni dan ramai. MUAnya, yang juga penata kerudung saya, menambahkan aksesoris yang membuat gaun simpel itu tak lagi begitu simpel. Ada tiara, veil panjang sampai batas kaki, dan bros. Saya juga tidak ingin baju berbeda untuk akad dan resepsi karena ribet, haha. Bisa dilihat bahwa bedanya hanya terletak pada bros, dalaman kerudung, dan headpiece. Di resepsi, saya memakai flower crown dan dalaman kerudung berwarna ungu.

DIY #4 DECORATION
Dan inilah DIY yang lebih memakan waktu ketimbang guest board atau wedding sign. Mengapa? Karena perintilannya banyak! Rasanya bunga yang sudah dibuat, sebanyak apa pun, tetap saja terasa kurang. Hingga akhirnya ketika H-1 datang, adik-adik lelaki (dan lelaki dari para sepupu juga) turut membantu menghias dan meletakkan dekorasi yang sudah dibuat pada tempat-tempat strategis sehingga terasa penuh. Alhamdulillah, kerja keras itu membuahkan hasil. Meski tidak meluangkan ruang untuk photobooth, ternyata banyak tamu undangan yang berfoto dengan dekorasi DIY ini. Terlebih setelah mereka tahu bahwa bapak sayalah yang membuat sebagian besarnya.

Oh ya, karena dekorasi DIY juga, yang tadinya akad dilaksanakan di pelaminan di luar gedung, jadi diminta penghulu untuk dipindah ke dalam karena katanya latarnya bagus ^^"

DIY #5 WEDDING FAVOR
Jadi, cerita di balik suvenir ini adalah saya tadinya mau bikin pembatas buku DIY dengan paper clip kecil. Tetapi, Emak dan Bapak bilang lebih baik clip yang besar saja, dan hiasannya adalah rajutan karya Emak yang sempat iseng-iseng dibuat. Sebetulnya tak hanya pembatas buku ini, tapi juga ada gelang yang desainnya beda satu sama lainnya, bros rajut, sampai gantungan kunci rajut. Semuanya dibuat oleh Emak selama setahun hingga jumlahnya 300+, kecuali bros rajut yang pemberian dari Ua saya. Sayangnya, gelangnya tidak ikut difoto, padahal itu wedding favor favorit saya.

 DIY #6 WEDDING STEAMED CUPCAKE
Nah, yang satu ini kejutan! Saya sama sekali tidak mencantumkan kue dalam rencana, bahkan sampai hari-H. Ternyata, pagi-pagi, bulik-bulik saya mengantarkan ini. Ini kue kukus dari siapa, ya? Memang, dulu saya pernah bilang ke adik kalau saya lebih suka cupcake yang ditumpuk menyerupai kue bertingkat ketimbang kue yang bundar (gara-gara baca manga 'Delicious!', ada yang ingat?). Sudah begitu, warnanya ombre! Selesai acara, baru saya tahu jawabannya. Sepupu saya yang juga baker, namanya Mbak Nanda, memang sengaja membuat kue kukus bertingkat itu sebagai kado kejutan. Biasanya kue pengantin itu kue bolu, yang ini justru kue mangkuk kukus. Senang banget rasanya. Terima kasih ya, Mbak x)

Satu lagi yang juga DIY tapi tidak ditampilkan (tapi bisa dilihat sekilas di sini): undangan. Mulai dari desain sampai printing, semuanya sendiri! Saya mendesain keseluruhannya, tapi adik saya ikut me-layout dan mendesain logo huruf I dan R-nya alias monogram (karena saya tidak mau pakai cursive). Dia juga yang menerjemahkan undangan berbahasa Inggris saya ke bahasa Indonesia. Mengapa bahasa Inggris? Simpel dan kata-katanya efektif. Namun, saya hanya memberikan itu pada beberapa orang saja, sisanya tetap menggunakan undangan berbahasa Indonesia yang panjang, hehe.
Monogram yang didesain adik saya. Sayangnya waktu itu belum kepikiran buat taruh monogram ini di stationery dan dekor lainnya, jadi cuma ada di undangannya.
My DIY Wedding Part 1 dicukupkan sampai sini dulu, ya. Di Part 2 nanti, saya mau bercerita proses DIY itu sendiri, apa saja yang kira-kira bisa di-DIY, dan sedikit tip agar DIY kita bertahan sampai waktunya tiba dan berhasil memeriahkan suasana (?) ya, pokoknya sukses lah, hehe. Adakah dari kalian yang berencana menikah dengan DIY juga? Atau justru sudah menikah dengan DIY dan killed it? Boleh berbagi di komentar, ya! Sampai bertemu lagi :)

No comments:

Post a Comment